Kisah Santai – Bandung menyelenggarakan pameran untuk mengenang perjuangan Dewi Sartika, pahlawan nasional yang memperjuangkan pendidikan perempuan di Indonesia. Pameran ini menampilkan koleksi artefak, foto-foto bersejarah, dan dokumen yang menggambarkan perjalanan hidup serta perjuangannya. Penyelenggara pameran menyediakan informasi lengkap tentang dedikasi Dewi Sartika dalam mendirikan sekolah perempuan pertama, Sakola Istri, pada tahun 1904.
Pengunjung dapat melihat secara langsung replika ruang kelas Sakola Istri yang menggambarkan suasana pendidikan pada masa itu. Penyelenggara juga menghadirkan sesi diskusi dengan sejarawan dan tokoh pendidikan untuk mengulas lebih dalam kontribusi Dewi Sartika dalam sejarah bangsa.
Selain itu, pameran ini menyediakan area interaktif bagi anak-anak untuk memahami pentingnya pendidikan melalui permainan edukatif. Banyak pengunjung merasa kagum saat mengetahui perjuangan Dewi Sartika dalam menghadapi berbagai tantangan sosial dan budaya demi membuka akses pendidikan bagi perempuan.
“Baca Juga : Gempa M 7,3 Guncang Vanuatu, Rekor Sepanjang Sejarah?”
Pihak pemerintah daerah bekerja sama dengan berbagai komunitas budaya dan pendidikan untuk memastikan pameran ini berjalan lancar. Mereka juga mengadakan lokakarya dan pertunjukan seni yang terinspirasi oleh semangat perjuangan Dewi Sartika.
Pengunjung pameran memberikan apresiasi tinggi terhadap acara ini karena mampu menghidupkan kembali semangat juang yang pernah Dewi Sartika tunjukkan. Mereka berharap acara seperti ini terus berlangsung untuk mengenalkan generasi muda pada tokoh-tokoh yang berjasa bagi bangsa.
Pameran ini tidak hanya memperingati sejarah, tetapi juga menginspirasi masyarakat untuk melanjutkan cita-cita Dewi Sartika dalam memperjuangkan pendidikan bagi semua orang. Pameran akan berlangsung hingga akhir bulan di salah satu museum utama di Bandung. Penyelenggara mengundang masyarakat luas untuk hadir dan menikmati pengalaman yang penuh makna ini.
“Baca Juga : Alat Pemotong Hewan Kuno Berusia 2,9 Juta Tahun Ditemukan”