Kisah Santai – Fatal Fury: City of the Wolves dirilis sebagai tanda kembalinya seri game fighting legendaris yang sempat menghilang selama 25 tahun. Harapan tinggi disematkan pada game ini karena posisinya sebagai warisan penting dalam sejarah game fighting. Namun, kenyataan berkata lain. Game ini gagal memenuhi ekspektasi, baik dari segi penjualan maupun penerimaan pasar.
“Baca Juga: Sony Pertimbangkan Kenaikan Harga PS5 karena Tarif AS”
Penjualan Rendah, CEO SNK Turun dari Jabatan
Kegagalan Fatal Fury: City of the Wolves membawa dampak besar yang tak bisa dihindari oleh SNK. Kenji Matsubara, yang sebelumnya menjabat sebagai CEO, akhirnya mengundurkan diri dari posisinya setelah hasil penjualan yang mengecewakan. Dalam pernyataan resmi perusahaan, Matsubara tidak sepenuhnya meninggalkan SNK, melainkan dipindahkan ke posisi sebagai penasihat strategis. Peran barunya ini memungkinkan ia tetap memberikan masukan dan arahan, terutama terkait visi jangka panjang perusahaan. Untuk mengisi kekosongan kepemimpinan, SNK menunjuk Chairman dewan eksekutif sebagai CEO sementara, sambil mencari figur baru yang mampu membawa perusahaan keluar dari situasi krisis ini.
Strategi Promosi Besar-Besaran Tidak Berhasil
SNK menggelontorkan dana besar untuk promosi Fatal Fury: City of the Wolves. Mereka menggunakan nama besar seperti Cristiano Ronaldo sebagai karakter dalam game—sebuah langkah yang cukup mengejutkan bagi komunitas game fighting. Tak hanya itu, SNK juga menggandeng DJ kelas dunia untuk menciptakan soundtrack eksklusif demi memberikan nuansa modern dan menarik bagi pemain baru. Promosi masif dilakukan di berbagai kanal, termasuk kolaborasi dengan WWE saat Wrestlemania Weekend, yang menempatkan brand Fatal Fury di tengah sorotan global. Namun, meskipun kampanye promosi ini agresif dan berbiaya tinggi, respons gamer justru minim. Audiens utama tampaknya tidak tergerak.
Jumlah Pemain dan Penjualan yang Mengecewakan
Data di platform Steam menunjukkan bahwa Fatal Fury: City of the Wolves hanya mampu menarik puncak pemain sebanyak 4.592, angka yang sangat jauh dari ekspektasi SNK. Capaian ini tergolong rendah, apalagi jika dibandingkan dengan pesaing sekelas seperti Street Fighter 6 atau Tekken 8 yang berhasil menarik ratusan ribu pemain dalam waktu singkat. Bahkan di Jepang—pasar inti SNK sekaligus tempat asal franchise ini—penjualannya sangat mengecewakan. Game ini hanya terjual sekitar 10 ribu kopi di platform PlayStation. Minimnya minat ini menandakan bahwa antusiasme terhadap kebangkitan Fatal Fury tak sebesar yang diharapkan oleh pengembang.
“Baca Juga: Mafia: The Old Country Ungkap Trailer dan Jadwal Rilis”
Dampak Kegagalan Fatal Fury untuk Industri Game Fighting
Kegagalan ini menjadi peringatan keras bagi pengembang game fighting lainnya. Investasi besar dalam promosi belum tentu menjamin kesuksesan. Perilaku gamer saat ini menunjukkan kecenderungan bertahan pada game yang sudah mereka mainkan, seperti Street Fighter. Hal ini menimbulkan pertanyaan serius: apakah minat terhadap game fighting memang sedang menurun, atau Fatal Fury sudah kehilangan daya tariknya?