Kisah Santai – Dalam upacara lamaran adat Jawa, jajanan pasar memiliki peran penting sebagai simbol doa dan harapan bagi kehidupan pernikahan yang akan dijalani oleh kedua mempelai. Jajanan pasar yang manis dan penuh makna ini tak hanya sebagai hidangan, namun juga menjadi bagian dari tradisi yang sarat filosofi. Setiap jenis jajan membawa makna tersendiri, mencerminkan harapan, kehangatan, serta keharmonisan dalam rumah tangga. Berikut ini beberapa jajanan pasar yang sering dibawa dalam lamaran adat Jawa beserta maknanya.
Wajik adalah jajanan pasar yang terbuat dari beras ketan, gula merah, dan santan. Dalam tradisi lamaran adat Jawa, wajik memiliki makna yang mendalam. Kelekatan beras ketan dalam wajik melambangkan hubungan yang erat dan tidak mudah terpisahkan antara kedua mempelai. Wajik juga menjadi simbol dari komitmen yang kuat dan keseriusan dalam menjalani hubungan pernikahan. Kehadiran wajik dalam upacara lamaran diharapkan bisa membawa keharmonisan, kelembutan, dan kekuatan dalam ikatan pernikahan.
“Baca juga: KemenkopUKM: Aplikasi TEMU Berpotensi Bahayakan UMKM, Tidak Akan Masuk ke Indonesia”
Gemblong, jajanan tradisional berbentuk bulat yang terbuat dari ketan dengan lapisan gula di bagian luarnya, juga memiliki makna simbolis dalam lamaran adat Jawa. Bentuknya yang bulat dan lonjong melambangkan keutuhan, kebersamaan, dan kekokohan dalam hubungan pernikahan. Gemblong menyimbolkan hubungan yang utuh dan harmonis antara mempelai, serta harapan agar keluarga yang akan dibangun tetap solid dan bahagia. Gemblong juga sering ditemukan di pasar tradisional, yang menunjukkan keterikatan budaya Jawa dengan makanan tradisional ini.
Getuk, yang dibuat dari singkong yang dihaluskan dan dicampur dengan gula merah, adalah simbol kesederhanaan dan kebermanfaatan hidup dalam upacara lamaran Jawa. Penggunaan singkong, bahan yang sederhana dan mudah didapat. Melambangkan bahwa kehidupan pernikahan tidak harus mewah, tetapi harus dilandasi dengan rasa syukur dan kreativitas. Filosofi getuk mengajarkan kedua mempelai untuk menghargai hal-hal sederhana dalam hidup dan menjadikannya bermakna, penuh syukur, serta berbuah kebaikan bagi kehidupan bersama.
Trancam, hidangan khas Jawa Tengah yang terdiri dari sayuran mentah seperti kacang panjang, timun, tauge, dan daun kemangi dengan parutan kelapa, melambangkan kesegaran dan keharmonisan dalam hubungan pernikahan. Sayuran mentah yang digunakan dalam trancam menggambarkan kehidupan yang penuh energi, segar, dan alami, sementara kelapa melambangkan kelembutan. Dalam konteks lamaran, trancam menjadi simbol harapan agar kehidupan pernikahan tetap segar, sehat, dan penuh keberkahan.
Jenang, atau bubur tradisional yang kental dan manis, sering dihidangkan dalam berbagai upacara adat, termasuk lamaran. Jenang melambangkan kesejahteraan dan kesetiaan dalam hubungan. Teksturnya yang lembut menggambarkan harapan agar hubungan kedua mempelai selalu lembut, manis, dan penuh kesabaran dalam menjalani suka maupun duka kehidupan pernikahan. Selain itu, jenang juga melambangkan doa agar perjalanan pernikahan selalu dilimpahi berkah dan keberkahan dari Sang Pencipta.
Dengan membawa dan menyajikan jajanan pasar dalam upacara lamaran, masyarakat Jawa tidak hanya melestarikan tradisi. Tetapi juga menyematkan doa dan harapan untuk kehidupan pernikahan yang harmonis, penuh cinta, dan keberkahan. Jajanan pasar ini bukan sekadar makanan, melainkan bagian penting dari simbol budaya yang terus diwariskan.