Penjualan Mobil Listrik Xiaomi Turun Drastis
Kisah Santai – Xiaomi, produsen otomotif asal Tiongkok, tengah mengalami penurunan tajam dalam penjualan mobil listriknya, SU7 dan SU7 Ultra. Berdasarkan data Asosiasi Dealer Mobil China yang dikutip dari Car News China, penjualan anjlok dalam tiga minggu terakhir. Dari minggu ke-16 hingga minggu ke-19 tahun 2025, angka penjualan turun dari 7.200 unit menjadi 5.200 unit.
Penurunan paling tajam terjadi pada model SU7 standar. Penjualannya merosot dari 6.700 unit menjadi hanya 4.700 unit per minggu. Pendiri Xiaomi, Lei Jun, menyebut kondisi ini sebagai “periode tersulit sejak perusahaan didirikan” dalam unggahan di media sosial Weibo.
“Baca Juga: Elden Ring Switch 2 Hadirkan 2 Kelas Baru Menarik!”
Salah satu pemicu krisis kepercayaan ini adalah komponen kap mesin serat karbon opsional pada SU7 Ultra. Kap ini dijual seharga 42.000 yuan atau sekitar Rp 95 juta. Xiaomi mengklaim kap tersebut memiliki saluran udara ganda untuk membantu pendinginan. Namun, pengguna menemukan bahwa performanya tidak meningkat.
Alih-alih menambah pendinginan, komponen ini hanya mengurangi bobot mobil sebesar 1,3 kilogram. Konsumen merasa dibohongi karena produk tersebut tidak sesuai dengan spesifikasi yang dipromosikan.
Xiaomi juga mendapat kritik keras karena membatasi performa SU7 Ultra melalui pembaruan perangkat lunak OTA (Over The Air). Kapasitas tenaga mobil ini dipotong dari 1.548 hp menjadi 900 hp. Pengguna harus memenuhi kriteria performa tertentu untuk bisa membuka potensi penuh dari kendaraan tersebut.
Langkah ini bertolak belakang dengan klaim awal Xiaomi. Mereka sebelumnya memposisikan SU7 Ultra sebagai mobil empat pintu tercepat di dunia, dengan kecepatan maksimum 350 km/jam.
Xiaomi juga terguncang oleh insiden kecelakaan fatal yang melibatkan SU7 Ultra berwarna kuning pada akhir Maret. Kendaraan itu melaju dalam kecepatan tinggi sebelum mengalami kecelakaan yang menewaskan pengemudi.
Kejadian ini menggemparkan publik Tiongkok dan memperburuk citra keamanan mobil listrik Xiaomi. Sejak itu, perusahaan mengklaim tengah meningkatkan fokus pada fitur keselamatan kendaraan.
“Baca Juga: 2 Pembalap MotoGP Menikah dengan Mantan Umbrella Girl”
Lebih dari 30 calon pembeli SU7 Ultra melakukan protes di pusat pengiriman Beijing. Mereka menuduh Xiaomi melakukan iklan palsu terkait spesifikasi kendaraan. Aksi ini disertai spanduk dan liputan media lokal.
Tak hanya itu, sekitar 300 pemilik SU7 Ultra membentuk kelompok tuntutan hukum. Mereka menuntut pengembalian dana dan kompensasi hingga tiga kali lipat. Beberapa di antaranya bahkan sudah menyewa pengacara dan mengajukan gugatan class action.
Menurut analis industri, lebih dari 50 persen pembeli SU7 Ultra adalah pembeli pertama yang membeli kendaraan di atas 500.000 yuan atau sekitar Rp 1,1 miliar. Harapan tinggi tidak terpenuhi, sehingga mengecewakan konsumen dan menciptakan badai reputasi bagi Xiaomi.